Sebenarnya postingan ini ingin diterbitkan pada awal
puasa bulan ini, namun karena lagi-lagi berkaitan dengan kesibukan jadi ditunda
menjadi hari terakhir puasa.
Lebih baik dari pada tidak sama sekali bukan?
Seperti
yang kita ketahui, berpuasa adalah menahan makan, minum, dan segala hal yang
membatalkan puasa dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Namun
bagaimana jika fajar tidak pernah terbit dan matahari tidak pernah tenggelam? Di
daerah lingkar kutub (Arktik) terutama pada musim panas (sekitar pertengahan
tahun, Bulan Juni-Agustus) yang juga bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun ini,
matahari tidak pernah tenggelam, tidak pernah ada subuh dan magrib saat musim
panas di negara-negara seperti Canada, Islandia, Swedia, Norwegia, dan
sekitarnya. Bagaimanakah cara umat-umat muslim yang berada di negara tersebut
berpuasa? Berapa lamakah mereka berpuasa dalam sehari?
Dalam
dua tahun belakangan, bulan Ramadan jatuh di musim panas dimana matahari tidak pernah tenggelam dan dikenal dengan sebutan "midnight sun" atau "matahari tengah malam". Bagi negara-negara yang
berada di sekitar lingkar kutub hal ini bukan fenomena baru, tiga dekade lalu
atau sekitar pertengahan 1980an hal ini juga pernah terjadi. Kala itu, tidak
banyak umat Muslim yang tinggal di negara-negara wilayah utara bumi. Namun kini,
sejumlah komunitas Muslim dapat ditemukan di wilayah Lingkaran Kutub Utara. Tak
sedikit umat Muslim dari Somalia, Irak, Pakistan, dan negara timur tengah
lainnya berimigrasi ke negara-negara Eropa, seperti Swedia, Norwegia, dan
Finlandia. Perdebatan seputar cara berpuasa di negara tanpa matahari terbenam
pun menyeruak.
Salah
satu contoh di Kota Tromso. Mengapa memilih Tromso? Kota Tromso adalah sebuah
kota yang terletak di jantung wilayah utara Norwegia. Kota ini terletak sekitar
350 km sebelah utara lingkaran Arktik atau berada dalam wilayah lingkar kutub.
Di Kota Tromso inilah terdapat masjid-masjid yang merupakan masjid yang
terletak di daerah paling utara di dunia, salah satunya adalah mesjid Alnor. Jumlah populasi Muslim di Tromso mencapai 1.000
orang, sebagian besar terdiri dari para pengungsi dari Somalia, sejumlah
imigran dari negara lain dan juga beberapa mualaf lokal. Pada periode akhir Mei
hingga akhir Juli, kota kepulauan yang dikelilingi oleh pegunungan yang
tertutup salju ini mengenal fenomena "matahari tengah malam", di mana
matahari tidak terbenam bahkan hingga tengah malam. Oleh
karena itu, menunaikan ibadah puasa dengan berpatokan kepada terbit dan
tenggelamnya matahari merupakan sesuatu yang hampir mustahil dilakukan bagi
umat Muslim di Kota Tromso.
Muslim
di Tromso pun menemukan solusi agar tetap dapat menjalankan ibadah puasa meski tanpa
pernah melihat matahari terbenam. Para ulama di Tromso mengeluarkan fatwa,
atau keputusan ulama bahwa umat Muslim di daerah tersebut dapat menyesuaikan
waktu berpuasa dengan negara Islam terdekat, atau dengan Mekah. Dengan
kesepakatan ini, jika matahari terbit di Mekah pada pukul 5:00 pagi, warga
Tromso juga akan mulai berpuasa pada pukul 5 pagi waktu setempat. Selain
menjadi pilihan simbolik, mengikuti jadwal Mekah, juga memberikan manfaat praktis,
karena waktu matahari terbit dan terbenam di Mekah sangat stabil sehingga
membuat aktivitas berdoa dan berpuasa cukup seimbang. Sehingga pada pukul 7
malam, saat matahari sudah terbenam di Mekah, Muslim di Tromso berkumpul di
Masjid Alnor untuk berbuka puasa dengan melihat matahari yang masih terik
bersinar.
Meski
demikian, masalah umat Muslim di kota ini bukan hanya matahari yang tak pernah
terbenam.
Di musim dingin (sekitar bulan Desember-Februari), masalah sebaliknya justru
terjadi yaitu matahari yang tidak pernah terbit. Hal ini yang seperti ini tentu
memengaruhi jadwal ibadah dan shalat mereka. Oleh karena itu, komunitas Muslim
di kota ini lebih memilih mengikuti jadwal dari Saudi sepanjang tahun.
Hal yang
sedikit berbeda terjadi di Kota Kiruna di Swedia yang juga merupakan kota yang
berada di sekitar lingkaran Arktik. Di tahun-tahun sebelumnya, umat Muslim di kota
ini dan sekitarannya di sarankan untuk berbuka puasa di waktu yang sama seperti
warga yang tinggal di area selatan Arktik. Tetapi, dalam pertemuan para Imam
Swedia dan negara Eropa lainnya pada beberapa waktu lalu, di bagian utara Swedia
membuat pendekatan yang berbeda. Para ulama di daerah tersebut mengeluarkan
fatwa bahwa umat Muslim di daerah tersebut berbuka puasa
di waktu yang sama ketika Matahari terbenam terakhir kalinya. Kemudian umat
Muslim juga berpuasa kembali mengikuti waktu Matahari terbit terakhir kalinya. Umat
Muslim juga dianjurkan untuk berbuka puasa lebih awal di malam hari, agar
sesuai dengan waktu berpuasa umat Muslim di belahan dunia lainnya.
Karena lama
matahari terbit hingga terbenam terakhir kalinya setelah kemudian tidak
terbenam lagi di daerah-daerah sekitaran lingkar Arktik rata-rata adalah 19 jam,
maka aturan baru tengah disusun oleh asosiasi
negara Eropa dan Dewan Eropa untuk Fatwa dan Penelitian. Di dalam aturan tersebut juga terdapat panduan tentang bagaimana
cara memberlakukan aturan baru dan saran
bagaimana umat Muslim bisa berpuasa untuk menghindari jatuh pingsan akibat kekurangan makanan dan
minum. Menurut salah satu ulama berpendapat bahwa, orang-orang bisa mencoba
berpuasa 19 jam, tetapi bukan bertahan berpuasa demikian lama. Itu bukan konsepnya.
Jika, Anda tidak sanggup lagi untuk mengerjakan pekerjaan Anda atau berpijak di
atas kaki dengan baik, maka itu sudah waktunya Anda berbuka puasa.
Indahnya
keberagaman dalam Islam.
Indahnya
Ramadhan.
Semoga
kita berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan.
Sumber:
Dikutip dari berbagai sumber