Senin, 04 Juli 2016

Puasa di Daerah "Tanpa Matahari Terbenam"

Sebenarnya postingan ini ingin diterbitkan pada awal puasa bulan ini, namun karena lagi-lagi berkaitan dengan kesibukan jadi ditunda menjadi hari terakhir puasa. Lebih baik dari pada tidak sama sekali bukan?


Seperti yang kita ketahui, berpuasa adalah menahan makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Namun bagaimana jika fajar tidak pernah terbit dan matahari tidak pernah tenggelam? Di daerah lingkar kutub (Arktik) terutama pada musim panas (sekitar pertengahan tahun, Bulan Juni-Agustus) yang juga bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun ini, matahari tidak pernah tenggelam, tidak pernah ada subuh dan magrib saat musim panas di negara-negara seperti Canada, Islandia, Swedia, Norwegia, dan sekitarnya. Bagaimanakah cara umat-umat muslim yang berada di negara tersebut berpuasa? Berapa lamakah mereka berpuasa dalam sehari?





Dalam dua tahun belakangan, bulan Ramadan jatuh di musim panas dimana matahari tidak pernah tenggelam dan dikenal dengan sebutan "midnight sun" atau "matahari tengah malam". Bagi negara-negara yang berada di sekitar lingkar kutub hal ini bukan fenomena baru, tiga dekade lalu atau sekitar pertengahan 1980an hal ini juga pernah terjadi. Kala itu, tidak banyak umat Muslim yang tinggal di negara-negara wilayah utara bumi. Namun kini, sejumlah komunitas Muslim dapat ditemukan di wilayah Lingkaran Kutub Utara. Tak sedikit umat Muslim dari Somalia, Irak, Pakistan, dan negara timur tengah lainnya berimigrasi ke negara-negara Eropa, seperti Swedia, Norwegia, dan Finlandia. Perdebatan seputar cara berpuasa di negara tanpa matahari terbenam pun menyeruak.



Salah satu contoh di Kota Tromso. Mengapa memilih Tromso? Kota Tromso adalah sebuah kota yang terletak di jantung wilayah utara Norwegia. Kota ini terletak sekitar 350 km sebelah utara lingkaran Arktik atau berada dalam wilayah lingkar kutub. Di Kota Tromso inilah terdapat masjid-masjid yang merupakan masjid yang terletak di daerah paling utara di dunia, salah satunya adalah mesjid Alnor. Jumlah populasi Muslim di Tromso mencapai 1.000 orang, sebagian besar terdiri dari para pengungsi dari Somalia, sejumlah imigran dari negara lain dan juga beberapa mualaf lokal. Pada periode akhir Mei hingga akhir Juli, kota kepulauan yang dikelilingi oleh pegunungan yang tertutup salju ini mengenal fenomena "matahari tengah malam", di mana matahari tidak terbenam bahkan hingga tengah malam. Oleh karena itu, menunaikan ibadah puasa dengan berpatokan kepada terbit dan tenggelamnya matahari merupakan sesuatu yang hampir mustahil dilakukan bagi umat Muslim di Kota Tromso.


Muslim di Tromso pun menemukan solusi agar tetap dapat menjalankan ibadah puasa meski tanpa pernah melihat matahari terbenam.  Para ulama di Tromso mengeluarkan fatwa, atau keputusan ulama bahwa umat Muslim di daerah tersebut dapat menyesuaikan waktu berpuasa dengan negara Islam terdekat, atau dengan Mekah. Dengan kesepakatan ini, jika matahari terbit di Mekah pada pukul 5:00 pagi, warga Tromso juga akan mulai berpuasa pada pukul 5 pagi waktu setempat. Selain menjadi pilihan simbolik, mengikuti jadwal Mekah, juga memberikan manfaat praktis, karena waktu matahari terbit dan terbenam di Mekah sangat stabil sehingga membuat aktivitas berdoa dan berpuasa cukup seimbang. Sehingga pada pukul 7 malam, saat matahari sudah terbenam di Mekah, Muslim di Tromso berkumpul di Masjid Alnor untuk berbuka puasa dengan melihat matahari yang masih terik bersinar.

Meski demikian, masalah umat Muslim di kota ini bukan hanya matahari yang tak pernah
terbenam. Di musim dingin (sekitar bulan Desember-Februari), masalah sebaliknya justru terjadi yaitu matahari yang tidak pernah terbit. Hal ini yang seperti ini tentu memengaruhi jadwal ibadah dan shalat mereka. Oleh karena itu, komunitas Muslim di kota ini lebih memilih mengikuti jadwal dari Saudi sepanjang tahun.


Hal yang sedikit berbeda terjadi di Kota Kiruna di Swedia yang juga merupakan kota yang berada di sekitar lingkaran Arktik. Di tahun-tahun sebelumnya, umat Muslim di kota ini dan sekitarannya di sarankan untuk berbuka puasa di waktu yang sama seperti warga yang tinggal di area selatan Arktik. Tetapi, dalam pertemuan para Imam Swedia dan negara Eropa lainnya pada beberapa waktu lalu, di bagian utara Swedia membuat pendekatan yang berbeda. Para ulama di daerah tersebut mengeluarkan fatwa bahwa umat Muslim di daerah tersebut berbuka puasa di waktu yang sama ketika Matahari terbenam terakhir kalinya. Kemudian umat Muslim juga berpuasa kembali mengikuti waktu Matahari terbit terakhir kalinya. Umat Muslim juga dianjurkan untuk berbuka puasa lebih awal di malam hari, agar sesuai dengan waktu berpuasa umat Muslim di belahan dunia lainnya.


Karena lama matahari terbit hingga terbenam terakhir kalinya setelah kemudian tidak terbenam lagi di daerah-daerah sekitaran lingkar Arktik rata-rata adalah 19 jam, maka aturan baru tengah disusun oleh asosiasi negara Eropa dan Dewan Eropa untuk Fatwa dan Penelitian. Di dalam aturan tersebut juga terdapat panduan tentang bagaimana cara  memberlakukan aturan baru dan saran bagaimana umat Muslim bisa berpuasa untuk menghindari  jatuh pingsan akibat kekurangan makanan dan minum. Menurut salah satu ulama berpendapat bahwa, orang-orang bisa mencoba berpuasa 19 jam, tetapi bukan bertahan berpuasa demikian lama. Itu bukan konsepnya. Jika, Anda tidak sanggup lagi untuk mengerjakan pekerjaan Anda atau berpijak di atas kaki dengan baik, maka itu sudah waktunya Anda berbuka puasa.

Indahnya keberagaman dalam Islam.
Indahnya Ramadhan.
Semoga kita berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan.


Sumber: Dikutip dari berbagai sumber