"Mereka tidak akan menciptakan lagu seperti ini lagi. Tahun 80-an memang yang terbaik. Benar, ada Gun n Roses yang terhebat. Lalu muncullah Cobain yang menghancurkan semuanya, merusak keasikan orang untuk bersenang-senang."
Itu adalah salah satu dari quote-quote menarik dari salah satu film karya Darren Aronofsky yang hari ini 'resmi' masuk dalam salah satu list film terbaik yang pernah saya tonton. Emosional, hal itulah yang pertama kali saya rasakan setelah menonton film ini. Sama seperti perasaan yang rasakan setelah menonton film sport lainnya tahun lalu yaitu 'Rush' dan 'Warrior'nya Tom Hardy yang bertema hampir sama (tinju bebas). Tapi mungkin ini lebih heartwarming.
Suatu ketika 'Randy' mengalami serangan jantung setelah sebuah pertandingan gulat rutinnya, penyebabnya karena terlalu banyak mengkonsumsi berbagai macam obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit dalam beraksi dan stres. Dia dioperasi dan dokter menasehatinya untuk berhenti bergulat selamanya. Randy pun membatalkan undangan untuk melakukan pertandingan ulang melawan musuhnya 20 tahun lalu 'Ayatollah' dalam memperingati 20 tahun pertarungan mereka yang telah mengangkat namanya sebagai seorang juara.
Setelah pensiun, Randy berusaha memperbaiki hidupnya di luar ring. Ia berusaha memperbaiki hubungannya dengan putrinya yang sudah lama dia tinggalkan 'Stephanie' (Evan Rachel Wood), menjalin asmara dengan 'Pam' (Marisa Tomei), seorang penari striptis yang sedang mengumpulkan uang untuk pindah mencari tempat tinggal di daerah lain yang lebih murah biaya hidupnya, dan merasa lebih menyenangkan dengan pekerjaan barunya melayani para pelanggan di toko tempat kerjanya. Semuanya berjalan lancar, tapi godaan untuk kembali tampil masih sangat besar, dan sekali lagi Randy kembali ke arena gulat sebagai penonton dan selanjutnya... uhmmm sepertinya cukup.
Entah ini saya ketinggalan info atau tidak, dengan menonton film ini memberikan pencerahan akan rasa penasaran saya akan dunia gulat seperti WWE Smackdown dan sejenisnya bukanlah pure sport seperti tinju bebas atau tinju. Gulat merupakan sebuah pertunjukan untuk membuat para penonton senang, penuh dengan rekayasa dan akting oleh para pegulatnya, seperti pada saat Randy membuat kepalanya seolah-olah berdarah dengan melukai dirinya sendiri dengan silet yang telah disembunyikannya. Masa kecil saya terasa tertipu karena dulu saya sering menonton acara-acara gulat seperti Smackdown dan memainkannya di konsol game. Gulat disetting dengan diskusi terlebih dahulu oleh para pegulat yang bisa disebut dengan para aktor dengan para promotor bagaimana dia akan beraksi nantinya dan menentukan siapa saja yang mengambil alih (memukul dengan asli atau pura-pura) dalam tiap-tiap bagian dalam pertunjukkan. Semuanya dilakukan agar penonton senang
Mungkin banyak yang menganggap bahwa acara gulat adalah acara yang penuh kekerasan dan tidak baik untuk ditonton. Memang hal itulah yang diperlihatkan di televisi pada umumnya. Namun ada cerita tersendiri di balik layar menyangkut para pegulat yang bertarung di atas ring untuk para penontonnya, mereka semua bersahabat baik diluar ring meski di dalam ring dan di depan publik mereka berakting terpisah dengan kelompok yang namanya Face (sebagai lakon) dan Heel (sebagai villain). Mereka yang biasanya dicap sebagai oleh publik dengan orang-orang yang berperangai garang pada dasarnya mereka adalah orang yang biasa saja, malahan mereka orang-orang yang ramah.
Mickey Rourke tampil maksimal disini. Saya ikut merasakan apa yang dirasakan olehnya dari wajah dan matanya. Ekspresinya yang sendu itu membuatnya menjadi pria yang penuh dengan konflik batin dan dilema akan masalah hidup. Walaupun film ini tentang pergulatan, tetapi lebih banyak konflik batin yang terjadi lebih dari pada konflik fisik. Pertarungan di dunia gulat tergolong biasa saja seperti yang biasa kita tonton dulu, tetapi melihat bagaimana Ram bergulat dalam menjalani realita hidupnya sebagai seorang pegulat dan orang biasa yang juga membutuhkan orang lain di sisinya merupakan hal yang lebih menguras emosi daripada pertarungan di atas ring.
Saya awalnya menyangka ini adalah film semi-indie dengan berlatarkan kisah nyata karena sinematografinya seperti diambil dengan kamera biasa bukan kamera profesional. Tetapi setelah tahu ini film Darren Aronofsky saya berujar, pantas saja. Akting apik Rourke disini membuat dia diganjar penghargaan Golden Globe sebagai aktor terbaik, tetapi sayangnya dia tidak berhasil menyabet Oscar untuk perannya ini.
Oh iya, sehubungan dengan quote diatas tadi, untuk urusan musik, pemilihan lagu-lagunya pas dengan suasana dalam film. Lagu Guns n Roses, “Sweet Child O’ Mine”, yang menjadi musik pengiring Ram ketika menaiki ring sangat pas menggambarkan Ram sebagai seorang pegulat yang telah melewati masa jayanya.
Bagi para penggemar gulat maupun bukan, dan dulu pernah menonton WWE Smackdown dan memainkan gamenya WAJIB menonton film ini.
Me: 8,5/10
IMDb: 7,9/10
Rotten Tomattoes: 98%
Sumber: Postingan Mawanda Almuhayar di grup Cinemags tanggal 21 November 2014
https://web.facebook.com/groups/50671177304/permalink/10152830496877305/
Me: 8,5/10
IMDb: 7,9/10
Rotten Tomattoes: 98%
Sumber: Postingan Mawanda Almuhayar di grup Cinemags tanggal 21 November 2014
https://web.facebook.com/groups/50671177304/permalink/10152830496877305/